Translate

Jumat, 20 Juni 2014

Sekolah Desa pada Masa Kolonial


Sekolah Desa (Volkschool)

A. Latar Belakang didirikannya Sekolah Desa ( Volkschool ).
Sekolah desa atau Volkschool didirikan pada tahun 1907, sekolah ini didirikan atas cita-cita Politik Etis yaitu Edukasi. Menurut Gubernur Jenderal Van Heutz dan Menteri Jajahan Fock pada waktu itu, Edukasi merupakan kebutuhan yang sangat penting jika dibandingkan dengan emigrasi dan irigasi. Oleh karena itu, setelah Belanda berganti kepemimpinannya dari Masa Konservatif  yang terkesan memeras rakyat pribumi menjadi Masa Liberal yang lebih terkesan toleran, maka Pemerintah Hindia Belanda sangat memperhatikan nasib pribumi termasuk dalam bidang pendidikan .Pada saat itu untuk membentuk suatu lembaga pendidikan  atau sekolah membutuhkan biaya yang  cukup menguras, maka dari itu sekolah desa dengan system yang cukup sederhana  akan meringankan biaya didirikan.
Pada awalnya, Van Heutz mengenali percobaan De Bruyn Prince (1890-1894) dia adalah residen Ambarawa yang mampu mendirikan 100 sekolah di berbagai desa. Sekolah yang didirikan De Bruyn Prince memang terkesan primitive, hal ini terlihat pada pendopo yang digunakan sebagai tempat belajar sementara, guru-guru direkrut dari kalangan penduduk sendiri  diberi sebidang tanah sebagai imbalannya, selain itu dari penjualan kerajinan tangan para muridnya seperti pot, keranjang, tembikar dan lainnya para guru mendapat tambahan penghasilan. Saat para murid belajar mereka dapat menyimpan dengan aman kerbau yang  mereka bawa di luar tempat belajar dengan aman. Para murid duduk di lantai ketika belajar seperti di rumah para pribumi yang tidak menggunakan kursi sebagai tradisinya. Sekolah ini dibuka  pada jam 09.00-12.00 juga 13.00-15.00. Sekolah seperti inilah yang dirasa paling cocok untuk didirikan oleh Van Heutz .Selain sekolah seperti ini murah karena dapat didirikan dengan bantuan gotong-royong masyarakat desa, sekolah ini juga dapat mebantu integrasi masyarakat karena dirasa sebagai milik bersama, juga sekolah ini memiliki kurikulum yang tidak mengasingkan anak dari kehidupan agraris pedesaan. Maka  atas keyakinan Van Heutz , sekolah desa (Volkschool) yang rencananya akan didirikan.

B. Ketika Volkschool didirikan.
Awalnya rencana didirikannya sekolah desa menuai banyak keberatan dari banyak pihak, dari mulai masalah finansial yang tidak mungkin ditopang seluruhnya oleh warga desa, juga  masalah kebutuhan para pengajar yang kompeten tidak bisa direkrut dari kirani pedesaan. Oleh karena itu maka diadakanlah sebuah eksperimen yang berhasil. Ternyata bala bantuan yang berasal dari berbagai instansi dan tokoh-tokoh pedesaan berhasil mewujudkan keyakinan Van Heutz. Pada dasarnya sekolah seperti ini bukanlah yang pertama kalinya, tetapi ide sekolah seperti ini telahada di Tapanuli dan di Pulau Rote dari tahun 1843.
Meski demikian, sekolah desa ini akhirnya tak pernah mencapai tujuannnya untuk menjadi lembaga pendidikan universal. Hal ini terjadi lantaran beberapa sebab :
1  .       Biaya finansial yang menurut pemerintah tak bisa menanggungnya.
2  .     Asumsi pribumi yang lebih hidup bahagia meski tanpa pendidikan formal.
3  .     Masyarakat yang telah mengenyam pendidikan formal merasa tidak layak untuk bekerja di sawah, dan akhirnya karena mereka anggap tak ada gunanya membuka sekolah untuk masyarakat yang tidak peduli dengan pendidikan formal.
Kurikulum pada Sekolah Desa pun dirancang sesederhana mungkin. Contoh kurikulum sekolah desa di Aceh:
Kelas I        : Membaca menulis dengan huruf latin Bahasa Melayu atau menyesuaikan  dengan kebutuhan bahasa setiap daerah, Latihan     bercakap-cakap, berhitung 1-20.
Kelas II       : Melanjutkan; membaca dan menulis dengan huruf latin dan Arab dan didikte dalam kedua jenis tulisan tersebut.
Kelas III      : Ulangan dan berhitung di atas 100, serta pecahan sederhana.
Kurikulum yang dianggap tidak memadai bagi kebanyakan anak yang makin lama makin banyak memasuki Sekolah Kelas Dua untuk menyambung pelajaran, sehingga akhirnya Sekolah desa menjadi substruktur bagi sekolah sambungan (sekolah standar atau Vevolgschool). Karena beberapa hal dalam kurikulum sekolah desa, akhirnya  sekolah desa menjadi bagian dari Sekolah Kelas Dua.
 Guru/ Pengajar di sekolah desa adalah Para lulusan Sekolah kelas Dua sudah layak menjadi guru Sekolah Desa, karena guru yang terlalu kompeten akan menghabiskan biaya yang lebih mahal. Van Heutz menganggap  bahwa juru tulis desa pun sudah layak menjadi pengajar di Volkschool. Namun guru bagi Sekolah Desa akan diterima manjadi pegawai jika sudah bertugas selama 1 tahun. Bahkan pengajar di Sekolah Desa yang belum memiliki ijazah guru bisa magang pada sekolah yang ada di bawah bimbingan guru yang berpengalaman. Gaji guru desa diperoleh sebagian dari pemerintah, sebagian lagi dari uang sekolah murid dan dari lumbung desa.
Murid bagi Sekolah Desa atau Volkschool adalah masyarakat desa yang berusia sekitar 9-15, kebanyakan murid dari Volkschool adalah laki-laki daripada perempuan Karena orang tua di desa lebih cepat menikahkan putrinya pada kisaran usia pubertas.begitu pun dengan angka putus sekolah di Sekolah Desa sangat tinggi hingga mencapai 50% , hal ini disebabkan banyak orang tua di desa yang membutuhkan anak-anaknya untuk bekerja di sawah atau di rumah.
Demikian apa-apa yang ingin dicapai oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui Sekolah Desa atau Volkschool tidak tercapai. Kesimpulannya Pemerintah Hindia Belanda menginginkan untuk menyebarkan pendidikan seluas mungkin dengan biaya yang seminimal mungkin, namun sekolah desa tidak dapat berkembang seperti sekolah lain pada zaman penjajahan. Hal ini disebabkan dari terlalu sederhananya segala aspek yang digunakan untuk Sekolah Desa.
 Meski demikian, sekolah ini membawa keuntungan dalam menambah angka melek huruf dan setidaknya telah berhasil meletakkan dasar untuk pendidikan universal hingga ke setiap desa yang terpencil sekalipun.