Translate

Senin, 28 Maret 2016

Sifat Sejarah

I. Sejarah Bersifat Diakronis
Diakronis berarti memanjang dalam waktu, seperti yang diungkapkan oleh John Galtung dalam Theory and Method of Sosial Research. Hal yang sering dilupakan dalam pengertian umum bahwa sejarah merupakan suatu proses atau perkembangan. Menurut Galtung Sejarah adalah ilmu yang bersifat diakronis (diachronic) artinya dalam bahasa latin (dia : melalui) dan (chronicus : waktu). Sejarah disebut ilmu yang diakronis karena meneliti gejala dan peristiwa yang berjalan di dalam kurun waktu atau istilahnya memanjang dalam waktu. Jika ada suatu peritiwa yang terjadi maka waktulah yang menjadi rel sebagai tempat berjalannya peristiwa tersebut. Maka penelitian sejarah pun ditentukan dengan arah yang disebut waktu. Dari sinilah kita dapat membedakan ilmu sejarah dan ilmu-ilmu lainnya yang bersifat sinkronis yang berarti meluas dalam ruang, atau tidak terikat dengan waktu. dapat disimpulkan bahwa ilmu sejarah memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu lainnya meluas dalam ruang dalam waktu yang terbatas.



II. Sejarah Menuturkan Gejala Tunggal
Sejarah adalah sebuah penceritaan, atau bercerita tentang suatu peristiwa, dan sejarah juga memiliki eksplanasi atau penjelasan. Dalam penceritaaan Sejarah menuturkan gejala tunggal (ideographic, singularizing). Sejarah menuturkan suatu objek atau ide dan mengangkatnya sebagai gejala tunggal

II. Sejarah Berusaha Objektif
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa silam, yang tak mungkin direkonstruksi secara utuh pada waktu yang lain. Artinya dalam penelitian dan historiografi, sumber yang dikumpulkan untuk menghasilkan karya sejarah seringkali ditemukan unsur-unsur subjektif, apalagi jika peristiwa yang menjadi objek kajian sudah lama terjadi. Sebenarnya subjektifitas adalah suatu kebutuhan dalam setiap langkah penelitian dan penulisan sejarah, oleh sebab itu keterlibatan perspektif dalam pembuat dokumen atau sumber dalam interpretasinya tidak dapat dilepaskan, tak terkecuali bagi kita yang meneliti tak akan bisa suatu historiografi murni dari  subjektifitas. Oleh karena itu sejarah hanya dapat berusaha seobjektif mungkin dalam penulisannya, karena subjektifitas ada pada si pembuat sumber dan kita sendiri sebagai penulisnya.
Subjetif dalam penelitian sejarah dapat berupa prasangka atau pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana suatu peristiwa di masa silam dapat terjadi, dan karenanya bisa kemungkinan benar atau berat sebelah. Jadi sejarah hanya bisa berusaha objektif terhadap suatu peristiwa dan dalam menerangkan semua kebenarannya.

Sources :
Kntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah (Historical Explanation). Yogyakarta : Tiara Wacana.
Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar